Showing posts sorted by relevance for query sambutan-mendikbud-dalam-peringatan. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query sambutan-mendikbud-dalam-peringatan. Sort by date Show all posts

Saturday, February 16, 2019

Terbaik Pidato / Sambutan Mendikbud Ri Dalam Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2015

Berdasarkan surat edaran resmi Sekjen Kemdikbud RI Nomor 98497/A/TU/2015 perihal Pidato Mendikbud Dalam Hari Guru Nasional telah disampaikan bahwasannya Tema Peringatan Hari Guru Nasional 2015 yakni 'Guru Mulia Karena Karya'.

Selanjutnya,  untuk menghormati profesi guru, seluruh unsur penyelenggara dan pengelola pendidikan wajib melakukan upacara bendera pada hari Rabu tanggal 25 November 2015 dengan membacakan Pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Selanjutnya, dalam rangka menyemarakkan peringatan Hari Guru Nasional tahun 2015, Kemendikbud mengharapkan masing-masing instansi pemerintah mengajak keterlibatan unsur masyarakat dalam dalam pelaksanaan upacara bendera dan melakukan kegiatan-kegiatan lain untuk mengapresiasi guru.

Berikut Pidato / Sambutan Mendikbud RI pada Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2015 selengkapnya :

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Ibu dan Bapak Guru yang saya muliakan,

Semoga Ibu dan Bapak Guru berada dalam kondisi sehat, senang dan selalu dalam lindungan-Nya. Di Hari Guru ini, izinkan saya atas nama pemerintah memberikan apresiasi dan terima kasih atas semua dedikasi Ibu dan Bapak Guru.

Tugas dan tanggung jawab Ibu dan Bapak Guru amat besar, namun izinkan saya memberikan bahwa tanggung jawab besar ini janganlah dipandang sebagai beban tapi sebagai kehormatan. Ibu dan Bapak Guru menerima kehormatan untuk menumbuhkan generasi gres yang tercerdaskan.

Ibu dan Bapak Guru sekalian,

Republik ini dirintis dan didirikan oleh kaum terdidik. Mereka yakni generasi gres di zamannya yang mencicipi pengajaran, pendidikan dan pencerahan. Mereka sangat sadar atas manfaat eksklusif pendidikan dan alasannya itulah mencerdaskan kehidupan bangsa mereka menetapkan sebagai sebuah amanah yang harus ditunaikan. Sebuah pesan tegas bahwa kunci kemajuan bangsa ini ada pada kualitas manusianya.

Ibu dan Bapak Gurulah yang berada di garda terdepan mewakili seluruh bangsa dalam menjalankan amanah itu. Tiap tutur, tiap langkah dan tiap karya Ibu dan Bapak Guru yakni ikhtiar untuk mencerdaskan bangsa.

Orangtua, yang yakni pendidik pertama dan utama, dan pun mereka memercayakan pada Ibu dan Bapak Guru untuk turut mendidik anak-anaknya. Mari kita ingat pula, mereka bukan sekadar anak-anak, namun mereka yakni wajah masa depan bangsa ini. Ibu dan Bapak Gurulah orang pertama yang berkesempatan melihat dari bersahabat wajah masa depan negeri ini.

Ibu dan Bapak Guru yang saya hormati,

Ki Hadjar Dewantara menyebut tempat mencar ilmu sebagai taman. Istilah itu meneguhkan tekad bahwa pendidikan memang harus menjadi sebuah proses pembelajaran menyenangkan walau penuh tantangan. Pendidikan dihentikan terasa sebagai penderitaan. Sekolah harus terasa menyenangkan.

Sekolah menyenangkan yakni sekolah di mana semua ikut terlibat, baik guru, siswa maupun orangtua ikut mendukung pembelajaran bersama dan menjadi teladan bagi komunitasnya. Sekolah menyenangkan yakni sekolah yang memperlihatkan pembelajaran bermakna, bermanfaat dan relevan dengan kehidupan siswa serta kebutuhan masyarakat.

Sekolah menyenangkan bukanlah sekolah tanpa tantangan, melainkan justru sekolah yang memperlihatkan ragam pilihan dan tingkatan tantangan kepada guru dan siswa yang juga Sekolah menyenangkan hanya sanggup terjadi kalau guru pun terus belajar, serta terus berkarya. Karya-karya Ibu dan Bapak Gurulah yang akan terus menyebarkan senyum bawah umur kita. Karya-karya Ibu dan Bapak Guru yang menciptakan lonceng masuk sekolah layaknya menunjukan dimulainya sebuah petualangan menyenangkan di sekolah.

Untuk mengimbangi keteguhan guru dalam berkarya, pemerintah juga berikhtiar akan terus memperlihatkan ruang bagi guru untuk terus berkarya, untuk menyebarkan diri. Mari kita terus menyebarkan diri secara sanggup bangun diatas kaki sendiri maupun secara bersama-sama.

Pemerintah menyadari bahwa masih ada banyak sekali pekerjaan rumah terkait Guru yang harus kami tuntaskan. Insya Allah itu semua akan terus menerus kami perbaiki. Di dikala yang sama mari kita sama-sama memastikan bahwa semua ikhtiar kita benar-benar dipusatkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, menumbuhkan semua potensi bawah umur kita hingga mereka bukan sekadar sanggup meraih, tapi sanggup melampaui cita-citanya.

Dalam kesempatan peringatan Hari Guru ini saya ingin mengajak Ibu dan Bapak Guru untuk sama-sama memperlihatkan pada bangsa tercinta ini bahwa guru Indonesia yakni guru pembelajar. Guru yang selalu hadir sebagai pendidik dan pemimpin bagi anak didiknya. Guru yang hadir mengirimkan pesan harapan. Guru yang makin menjadi pola perihal ketangguhan, optimisme dan keceriaan.

Mari kita teguhkan ikhtiar Ibu dan Bapak Guru, ikhtiar kita bersama untuk terus mencar ilmu dan menyebarkan diri. Kita terus mencar ilmu dan menyebarkan diri bukanlah untuk pemerintah, bukanlah untuk kepala sekolah, dan bukanlah untuk kantor dinas, tapi memang sejatinya setiap pendidik yakni pembelajar.

Mari sama-sama kita kirimkan pesan kepada seluruh komponen bangsa ini, bahwa guru mulia alasannya karya! Hanya dari guru yang terus mencar ilmu dan berkarya akan muncul generasi pembelajar sepanjang hayat yang terus menerus berkontribusi pada masyarakat dan lingkungannya.

Pada setiap kata yang kami tuliskan, ada pahala guru. Pada setiap karya yang kami lakukan, ada sidik jari jasa guru. Apresiasi kami bagi seluruh Guru, Pendidik, dan Tenaga Kependidikan, atas semua ilham dan karya yang dipancarkan di ruang-ruang pembelajaran. Dengan rendah hati atas nama pemerintah, saya ingin kembali sampaikan rasa hormat dan terima kasih sedalamnya.

Selamat Hari Guru dan selamat berkarya!

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

                                                                                                         Salam hangat,



                                                                                                         Anies Baswedan

Dalam kesempatan kali ini, saya juga akan bagikan links download yang admin share dari laman Kemdikbud.go.id terkait file surat edaran Sekjen Kemdikbud dan juga Teks / Naskah Pidato Kemdikbud RI dalam Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2015 pada links di bawah ini :


Demikian Surat Mendikbud RI Untuk Guru Indonesia di Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2015. Semoga bermanfaat dan terimakasih… Salam Edukasi…!

Terbaik Momentum Istimewa Pelaksanaan Ukg (Uji Kompetensi Guru) Tahun 2015 Bersamaan Dengan Peringatan Hari Guru Nasional

Sahabat Edukasi yang berbahagia...

Saya yakin, menjadi guru yang profesional merupakan dambaan bagi setiap Rekan guru di manapun bertugas. Dan tentu saja tidak hanya dalam lingkungan sekolah / madrasah di mana dia bekerja, akan tetapi juga di lingkungan masyarakat di mana dia tinggal.

Sahabat... Dalam momentum peringatan Hari Guru Nasional tahun 2015 ini terasa sangat istimewa, di mana momen Uji Kompetensi Guru digelar, agenda saya pun dalam mengikuti UKG di tanggal 24 November 2015 dengan hasil yang masih perlu ditingkatkan ke depannya tepatnya saya hanya bisa benar sebanyak 66 soal dan yang salah (baca : belum benar) sejumlah 34 soal, dan dengan hasil ini tentu bisa disimpulkan gotong royong saya masih jauh dari profesional untuk bidang saya sendiri... :)

Dan tentu saja, nilai ini menjadi cambuk bagi saya untuk senantiasa terus berguru sampai bisa menjadi guru yang benar-benar profesional di tengah banyak sekali kiprah yang semakin berat menyerupai halnya Ibu dan Bapak Guru lainnya tentunya.

Sehubungan dengan hal tersebut, sesudah membaca Sambutan Bapak Mendikbud RI sungguh menjadi penyejuk dalam Peringatan Hari Guru Nasional Tahun di hari Rabu, tanggal 25 November 2015 ini, utamanya pada kalimat “Tanggung jawab besar Ibu dan Bapak Guru janganlah dipandang sebagai beban tapi sebagai kehormatan. Ibu dan Bapak Guru menerima kehormatan untuk menumbuhkan generasi gres yang tercerdaskan”.

Selain itu, satu penggalan kalimat yang menciptakan saya terharu adalah Ibu dan Bapak Gurulah orang pertama yang berkesempatan melihat dari erat wajah masa depan negeri ini”.

Sehingga dalam share informasi saya sebelumnya wacana Sambutan Mendikbud RI Dalam Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2015 yang berdasarkan saya menjadi catatan istimewa tersebut saya bold / tebalkan hurufnya.

Dengan adanya Surat dari Pak Mendikbud Anies Baswedan yang ditujukan kepada seluruh Ibu dan Bapak Guru pada Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) di tahun 2015 ini semakin meningkatkan motivasi saya untuk senantiasa terus berguru maju dan berkembang dengan dibarengi dengan karya-karya yang semakin konkret dan bermanfaat ke depannya. Aamiin...

Dan akhirnya, di hari yang istimewa ini, saya telah menjadi guru yang sebelumnya juga telah dididik oleh Ibu / Bapak Guruku sejak SD, SMP, SMA, sampai dibimbing pula oleh Ibu dan Bapak Dosenku yang berperan juga sebagai guru sampai saya lulus sarjana, di momentum peringatan Hari Guru Nasional ini, perkenankan muridmu ini mengucapkan Selamat Hari Guru kepada seluruh Ibu dan Bapak Guruku yang ketika ini sebagian dari Ibu dan Bapak telah purna tugas.

Mohon maaf atas segala salah ananda yang sudah terdahulu, muridmu dulu sekarang telah menjadi penerusmu, melanjutkan estafet perjuanganmu di garda terdepan pendidikan negeri tercinta. Oleh alasannya itu, mohon do’a dan restunya biar usaha generasi kami kali ini bisa mengukir senyum kebahagiaan dan pujian bagi Ibu dan Bapak Guruku semuanya. Aamiin... Salam Edukasi...!

Wednesday, December 11, 2019

Terbaik Sambutan Mendikbud Dalam Peringatan Hardiknas Tahun 2015 (Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015)

Sahabat Edukasi yang berbahagia…

Berikut salinan lengkap dari Pidato / Sambutan Mendikbud RI pada peringatan Hardiknas tahun 2015 yang akan diperingati secara nasional pada hari Sabtu, tanggal 2 Mei 2015 dengan tema “Pendidikan dan Kebudayaan Sebagai Gerakan Pencerdasan dan Penumbuhan Generasi Berkarakter Pancasila” :

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Di hari yang membahagiakan ini, ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih, kita panjatkan puji dan syukur atas izin, rahmat, dan karunia-Nya, kita semua berkesempatan untuk merayakan Hari Pendidikan Nasional ini.

Di Hari Pendidikan Nasional ini, atas nama pemerintah, izinkan saya memberikan apresiasi pada semua pihak, pada semua pelaku pendidikan di mana pun berada, yang telah mengambil tugas aktif untuk mencerdaskan saudara sebangsa. Untuk para pendidik di semua jenjang, yang telah bekerja keras membangkitkan potensi penerima didik untuk menjadi insan berkarakter mulia, yang bisa meraih impian dan menjadi pembelajar sepanjang hidup, terimalah salam hormat dan apresiasi dari kita semua.

Bapak, Ibu, dan Hadirin yang mulia,

Republik tercinta ini digagas oleh belum dewasa muda terdidik dan tercerahkan. Pendidikan telah membukakan mata dan kesadaran mereka untuk membangun sebuah negeri Bhineka yang modern. Sebuah negara yang berakar pada budbahasa dan budaya bangsa nusantara, beralaskan semangat gotong royong, tetapi tetap mengedepankan dan menumbuhkembangkan prinsip kesejajaran dan kesatuan sebagai sebuah negara modern.

Pendidikan telah membukakan pintu wawasan, menyalakan cahaya pengetahuan, dan menguatkan pilar ketahanan moral. Persinggungan dengan pendidikanlah yang telah memungkinkan para perintis kemerdekaan untuk mempunyai gagasan besar yang melampaui zamannya. Gagasan dan usaha yang menciptakan Indonesia dijadikan sebagai rujukan oleh bangsa-bangsa di Asia dan di Afrika. Dunia terpesona pada Indonesia, tidak saja alasannya yakni keindahan alamnya, atau keramahan penduduknya, atau keagungan budayanya, tetapi juga alasannya yakni gugusan orang-orang terdidiknya yang berani mengusung ide-ide terobosan dengan ditopang pilar moral dan intelektual.

Indonesia yakni negeri penuh berkah. Di tanah ini, setancapan ranting bisa tumbuh menjadi pohon yang rindang. Alam subur, maritim melimpah, apalagi jika melihat mineral, minyak, gas, hutan, dan semua gugusan kekayaan alam. Indonesia yakni wajah cerah khatulistiwa. Namun, kita semua harus sadar bahwa aset terbesar Indonesia bukan tambang, bukan gas, bukan minyak, bukan hutan, ataupun segala macam hasil bumi; aset terbesar bangsa ini yakni insan Indonesia. Tanggung jawab kita kini yakni mengembangkan kualitas insan Indonesia.

Manusia yang terdidik dan tercerahkan yakni kunci kemajuan bangsa. Jangan sesekali kita mengikuti jalan berpikir kaum kolonial di masa lalu. Fokus mereka, kaum colonial itu, yakni pada kekayaan alam saja dan tanpa peduli pada kualitas manusianya. Kaum kolonial memang tiba untuk mengeruk dan menyedot isi bumi Nusantara, menguras hasil bumi Nusantara. Karena itu, mereka peduli dan tahu persis data kekayaan alam kita, tetapi mereka tidak pernah peduli dengan kualitas insan di Nusantara.

Kini kita sudah 70 tahun merdeka. Kemerdekaan itu bukan hanya untuk menggulung kolonialisme, melainkan juga untuk menggelar kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jangan hingga kita hanya tahu perihal kekayaan alam, tetapi tidak tahu kualitas insan di negeri kita. Kita harus berkonsentrasi pada peningkatan dan pengembangan kualitas manusia. Kita dihentikan mengikuti jalan berpikir kaum kolonial yang terfokus hanya pada kekayaan alam, tetapi--sekali lagi saya tegaskan melupakan soal kualitas manusia.

Mari kita jawab, tahukah kita berapa jumlah sekolah, jumlah guru, jumlah siswa, jumlah akademi tinggi di kawasan kita? Tahukah kita berapa banyak belum dewasa di wilayah kita yang terpaksa putus sekolah? Tahukah kita perihal kondisi guru-guru di sekolah yang mengajar belum dewasa kita? Tahukah kita perihal tantangan yang dihadapi oleh kepala sekolah dan guru untuk memajukan sekolahnya?

Lebih jauh lagi, berjuta jumlahnya putra-putri Indonesia yang kini telah berhasil meraih kesejahteraan. Pada kita yang telah sejahtera itu, terperinci terlihat bahwa pendidikan yakni hulunya. Karena pendidikanlah, maka terbuka peluang untuk hidup lebih baik.

Pendidikan itu menyerupai tangga berjalan yang mengantarkan kita meraih kesejahteraan yang jauh lebih baik. Pertanyaannya, sudahkah kita menengok sejenak pada dunia pendidikan yang telah mengantarkan kita hingga pada kesejahteraan yang lebih baik?

Pernahkah kita mengunjungi sekolah kita dulu? Pernahkah kita menyapa, bertanya kabar dan kondisi, serta berucap terima kasih pada guru-guru yang mendidik kita dulu? Bagi kita yang kini berkiprah di luar dunia pendidikan, mari kita luangkan perhatian. Mari ikut terlibat memajukan pendidikan. Mari kita ikut iuran untuk menciptakan generasi belum dewasa kita bisa meraih yang jauh lebih baik dari yang berhasil diraih oleh generasi kita ini. Dan, iuran paling gampang yakni kehadiran. Datangi sekolah, datangi guru, datangi belum dewasa pelajar, kemudian terlibat untuk berbagi, untuk menginspirasi, dan terlibat untuk ikut memajukan dunia pendidikan kita.

Bapak, Ibu, dan Hadirin yang berbahagia,

Wajah masa depan kita berada di ruang-ruang kelas, memang. Akan tetapi, hal itu bukan berarti bahwa tanggung jawab membentuk masa depan itu hanya berada di pundak pendidik dan tenaga kependidikan di institusi pendidikan. Secara konstitusional, mendidik yakni tanggung jawab negara. Namun, secara moral, mendidik yakni tanggung jawab setiap orang terdidik. Mengembangkan kualitas insan Indonesia harus dikerjakan sebagai sebuah gerakan bersama. Semua harus ikut peduli, bahu-membahu, saling sokong dan topang untuk memajukan kualitas insan Indonesia lewat pendidikan.

Oleh alasannya yakni itu, Bapak, Ibu dan Hadirin sekalian, peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini kita mengambil tema ‘Pendidikan dan Kebudayaan Sebagai Gerakan Pencerdasan dan Penumbuhan Generasi Berkarakter Pancasila’.

Kata kunci dari tema tersebut yakni “Gerakan”. Pendidikan harus dipandang sebagai ikhtiar kolektif seluruh bangsa. Karena itu, pendidikan tidak bisa dipandang sebagaisebuah jadwal semata. Kita harus mengajak semua elemen masyarakat untuk terlibat. Kita mendorong pendidikan menjadi gerakan semesta, yaitu gerakan yang melibatkan  seluruh elemen bangsa: masyarakat merasa memiliki, pemerintah memfasilitasi, dunia bisnis peduli, dan ormas/LSM mengorganisasi. Berbeda dengan sekadar “program” yang “perasaan mempunyai atas kegiatan” hanya terbatas pada para pelaksana program, sebuah “gerakan” justru ingin menumbuhkan rasa mempunyai pada semua kalangan. Mari kita ajak semua pihak untuk merasa peduli, untuk merasa mempunyai atas problematika pendidikan biar semua bersedia menjadi bab dari ikhtiar untuk menuntaskan problematika itu.

Gerakan pencerdasan dan penumbuhan generasi berkarakter Pancasila yakni sebuah ikhtiar mengembalikan kesadaran perihal pentingnya huruf Pancasila dalam pendidikan kita. Sudah digariskan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi penerima didik biar menjadi insan yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Itulah huruf Pancasila yang menjadi tujuan Pendidikan Nasional kita.

Menumbuhkembangkan potensi anak didik menyerupai itu memerlukan karakteristik pendidik dan suasana pendidikan yang tepat. Di sinilah Bapak, Ibu dan Hadirin sekalian, peringatan Hari Pendidikan Nasional menjadi amat relevan untuk mengingatkan kembali perihal karakteristik pendidik dan suasana pendidikan.

Peringatan Hari Pendidikan Nasional ini tidak bisa dilepaskan dari sosok Ki Hadjar Dewantara, yang pada tanggal 2 Mei merupakan hari kelahiran Bapak Pendidikan Indonesia itu. Ki Hadjar Dewantara menyebut sekolah dengan istilah “Taman”. Taman merupakan tempat berguru yang menyenangkan. Anak tiba ke taman dengan senang hati, berada di taman juga dengan senang hati, dan pada ketika harus meninggalkan taman, maka anak akan merasa berat hati. Pertanyaannya, sudahkah sekolah kita menjadi menyerupai taman? Sudahkah sekolah kita mejadi tempat berguru yang menyenangkan?

Sekolah menyenangkan mempunyai banyak sekali karakter, di antaranya yakni sekolah yang melibatkan semua komponennya, baik guru, orang tua, siswa dalam proses belajarnya; sekolah yang pembelajarannya relevan dengan kehidupan; sekolah yang pembelajarannya mempunyai ragam pilihan dan tantangan, di mana individu diberikan pilihan dan tantangan sesuai dengan tingkatannya; sekolah yang pembelajarannya menawarkan makna jangka panjang bagi penerima didiknya.

Di hari Pendidikan Nasional ini, mari kita kembalikan semangat dan konsep Ki Hadjar Dewantara bahwa sekolah harus menjadi tempat berguru yang menyenangkan. Sebuah wahana berguru yang menciptakan para pendidik mencicipi mendidik sebagai sebuah kebahagiaan. Sebuah wahana berguru yang menciptakan para penerima didik mencicipi berguru sebagai sebuah kebahagiaan. Pendidikan sebagai sebuah kegembiraan. Pendidikan yang menumbuh-kembangkan potensi penerima didik biar menjadi insane berkarakter Pancasila.

Ikhtiar besar kita untuk pendidikan ini hanya akan bisa terwujud apabila kita semua terus bekerja keras dan makin membuka lebar-lebar partisipasi masyarakat untuk terlibat aktif dalam pendidikan. Mulai hari ini, kita harus mengubah perspektif bahwa pendidikan bukan hanya urusan kedinasan di pemerintahan, melainkan juga urusan kita dan ikhtiar memajukan pendidikan yakni juga tanggung jawab kita semua.

Mari kita teruskan kerja keras, kerja bersama ini. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Mahakuasa, selalu membimbing kita biar sanggup meraih dan melampaui impian bangsa kita tercinta. Amin. Selamat Hari Pendidikan Nasional, jayalah Indonesia!

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Jakarta, 2 Mei 2015

Anies Baswedan

Download Sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudaan Republik Indonesia dalam Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tanggal 2 Mei 2015 dengan klik artikel berikut. Semoga bermanfaat dan terimakasih… Salam Edukasi…!

Sumber rujukan artikel : Kemdikbud RI

Terbaik Juknis / Anutan Upacara Bendera Peringatan Hardiknas Tahun 2015

Sahabat Edukasi yang berbahagia…

Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) diperingati pada tanggal 2 Mei setiap tahunnya. Adapun tema pada peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2015 ini yakni "Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Gerakan Pencerdasan dan Penumbuhan Generasi Berkarakter Pancasila".

Terkait dengan hal tersebut, Kemendikbud telah menerbitkan fatwa pelaksanaan peringatan Hari Pendidikan Nasional yang ditujukan kepada seluruh pemerintah kawasan provinsi/kabupaten/kota, kepala perwakilan Indonesia di luar negeri, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan provinsi/kabupaten/kota, rektor sekolah tinggi tinggi negeri/swasta, Kepala Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan supaya menyelenggarakan upacara bendera peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2015


5 Poin utama yang disampaikan Mendikbud dalam surat edaran Nomor 0379/MPK.F/LL/2015 Perihal Penyelenggaraan Upaca Bendera Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2015 disampaikan hal-hal sebagai berikut :

1.   Upacara bendera memperingati Hari Pendidikan Nasional secara nasional dilaksanakan pada :
-        hari, tanggal : Sabtu, 2 Mei 2015
-        pukul : 08.00 waktu setempat
-        sifat upacara : Tertib. Khidmat, dan Sederhana
-        tempat upacara : Lapangan Upacara (terbuka)

2.   Adapun tema pada peringatan Hari Pendidikan Nasionai Tahun 2015 yakni "Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Gerakan Pencerdasan dan Penumbuhan Generals! Berkarakter Pancasila"

3.  Kepada seluruh pemerintah kawasan provinsi/kabupaten/kota, kepala perwakilan Indonesia di luar negeri, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan provinsi/kabupaten/kota, rektor sekolah tinggi tinggi negeri/swasta, Kepala Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan supaya menyelenggarakan upacara bendera peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2015

4.  Untuk lebih menyemarakkan peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2015 dibutuhkan masing-rnasing instansi memasang spanduk dengan tema tersebut di atas dan melaksanakan kegiatan yang mendukung peningkatan mutu pendidikan dengan tetap memperhatikan ketentuan perundang-undangan.

5.  Untuk lebih memupuk rasa patriotisme, selain mengadakan upacara bendera, panitia nasional peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2015 akan melaksanakan ziarah ke makam Ki Hajar Dewantara di Daerah spesial Yogyakarta. Berkenaan dengan itu, dihimbau kiranya Gubernur dan Bupati/Walikota juga berkenan melaksanakan ziarah ke taman makam pendekar di wilayah masing-masing.


Selanjutnya disampaikan Kemdikbud terkait fatwa upacara bendera peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2015. Untuk download Petunjuk Teknis / Pedoman Upacara Bendera Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2015, silahkan klik pada links berikut… Semoga bermanfaat dan terimakasih… Salam Edukasi…!

Sunday, June 2, 2019

Terbaik Pidato / Sambutan Mendikbud Pada Peringatan Hut Kemerdekaan Ri Ke- 70 Tahun 2015

Sahabat Edukasi yang berbahagia...

Dalam rangka memperingati HUT RI ke-70 Kemerdekaan RI yang akan diperingati pada hari Senin, tanggal 17 Agustus 2015 Instruksi Menteri No. 59507/A/TU/2015 yang ditujukan kepada seluruh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi.

Berdasarkan surat Edaran tersebut diinstruksikan bahwasannya dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-70, Mendikbud menginstruksikan kepada seluruh kepala sekolah pada semua jenjang pendidikan untuk membacakan sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (terlampir) pada dikala upacara bendera pada hari Senin tanggal 17 Agustus 2015.

Berikut Pidato Sambutan Mendikbud pada Peringatan HUT Kemerdekaan RI Ke-70 :

Saat ini kita semua sedang berkumpul, merayakan 70 tahun kemerdekaan bangsa kita tercinta. Dimanapun kita berada, Sang Merah Putih berkibar dengan gagah. Angin tanah tercinta ini membelai kain bendera dan mengibargagahkan Sang Merah Putih kita.

Baru saja kita final menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, mengiringi pengibaran bendera. Sebuah lagu kebangsaan yang syairnya berotot, mencerminkan gelora kerakyatan dan iramanya membangkitkan semangat luhur bangsa merdeka.

Para akseptor upacara semua, mari kita lihat dengan seksama Sang Merah Putih yang sudah berada di puncak tiang bendera itu. Mari kita camkan. Hari ini, kita hanya perlu beberapa menit saja untuk menciptakan Sang Merah Putih hingga di puncak dan berkibar dengan anggun.

Mari kita sadari bahwa berbeda dengan kita hari ini, diharapkan waktu puluhan tahun bagi para Perintis Kemerdekaan untuk menciptakan Sang Merah Putih hingga di puncak. Waktu panjang yang sesak dera perjuangan. Mereka hibahkan waktu, pikiran, tenaga, bahkan nyawa supaya Sang Merah Putih sanggup hingga di puncak dan berkibar di tanah tumpah darah kita.

Bendera itu berkibar bukan alasannya pemberian, kibaran Sang Merah Putih yakni cerminan perjuangan, ia menandai kristal cemerlang dari keringat jutaan insan merdeka di Nusantara ini. Sebuah tanda bahwa Ibu Pertiwi telah melahirkan generasi Perintis Kemerdekaan yang menciptakan kita semua kini sanggup hidup di alam merdeka.

Republik merdeka ini diperjuangkan oleh semua komponen, walau gagasan-gagasan utamanya dibuat dan didorong oleh kaum terdidik, selapis masyarakat yang di masa itu berkesempatan meraih pendidikan. Lebih jauh lagi, kemerdekaan digagas dan diperjuangkan bukan hanya untuk menggulung kolonialisme, tetapi juga untuk menggelar kesejahteraan, menggelar keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Generasi itu telah berhasil secara gemilang menggulung kolonialisme, kini giliran kita untuk meneruskan kerja sejarah bangsa ini. Bapak Presiden Joko Widodo telah menegaskan bahwa peringatan 70 tahun kemerdekaan ini yakni sebuah pengingat dan penanda bagi kita semua untuk makin kerja keras. Pada Pidato Kenegaraan dalam rangka memperingati 70 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, Bapak Presiden Joko Widodo mengingatkan kita semua, seluruh komponen bangsa, supaya kerja untuk rakyat, kerja untuk negara dan kerja untuk bangsa. Kita sendirilah yang bertanggung jawab untuk meraih semua tujuan mulia kemerdekaan itu.

Apalagi bagi kita yang berada di dunia pendidikan. Tanggung jawab kita semua yang berada di dunia pendidikan yakni merampungkan usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Keterdidikan yakni kunci penting untuk merebut kemerdekaan, dan keterdidikan juga jadi kunci penting untuk meraih kemajuan bangsa dan untuk menciptakan bangsa kita lebih dari sekadar sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Tingkatkan mutu pendidikan kita. Mendidiklah dengan hati dan sepenuh hati, dengan keluhuran kebijaksanaan pekerti, dan dengan kedalaman serta keluasan pengetahuan supaya sanggup menginspirasi, supaya sanggup jadi teladan.

Para pelajar yang aku cintai,

Bung Karno, Bung Hatta, dan para Perintis Kemerdekaan itu yakni bawah umur muda terdidik. Mereka memakai keterdidikannya untuk mendorong kemajuan bangsa. Kalian bawah umur muda juga, kalian terdidik juga dan kalian juga punya kesempatan yang sama untuk menorehkan sejarah di Republik ini. Belajarlah dengan keras, tuntas dan sepenuh hati.

Di antara kalian nantinya akan menjadi guru, sastrawan, budayawan, wartawan, pengusaha, dosen, musisi, dokter, insinyur, hakim, politisi, gubernur, menteri, bahkan presiden atau peran-peran lain yang mungkin hari ini belum terbayangkan dan bahkan belum ada. Semuanya itu dimulai dari kerja keras di hari-hari ini, dari dingklik kelas ini, dan dari kerja tuntas di sekolah ini.

Harap kalian tengok usaha gemilang menuju kemerdekaan 1945 dan perjalanan Republik selama 70 tahun ini. Kalian ambil hikmah dari sejarah, kemudian kiprah kalian berikutnya yakni menciptakan sejarah. Kalian yakni pemilik masa depan, jangan menunggu tapi tempalah kepribadianmu, kembangkan prestasimu, jalin persahabatan dengan teman-temanmu, hormatilah orang tuamu dan gurumu, jadikan mereka suluh hidupmu.

Hari ini kalian merayakan 70 tahun Indonesia merdeka, harap dicamkan baik-baik bahwa dikala Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekaan maka kalianlah yang akan memimpin dan mengelola perjalanan bangsa ini. Bergegaslah, bersiaplah dari sekarang. Bawalah Indonesia kita inike puncak-puncak kecemerlangan baru.

Selamat belajar, selamat berkarya, selamat bekerja keras dan salam hormat untuk semua. Dirgahayu Republik Indonesia ... !!

Untuk download Pidato Mendikbud pada HUT 70 Kemerdekaan RI selengkapnya sanggup diunduh pada links berikut. Demikian gosip perihal Sambutan / Pidato Mendikbud pada HUT Kemerdekaan RI ke-70 Tahun 2015. Semoga bermanfaat dan terimakasih... Salam Edukasi...!

Saturday, February 16, 2019

Terbaik Sambutan Mendikbud Pada Peringatan Hari Abjad Internasional Ke-50 Tahun 2015

Sahabat Edukasi yang berbahagia…

Hari Aksara Internasional (HAI) diperingati setiap tanggal 8 September pada setiap tahunnya.

Dan pada tahun 2015 ini, puncak peringatan Hari Aksara Internasional ke-50 ini berlangsung pada tanggal 22 hingga 24 Oktober 2015 di Karawang, Jawa Barat. Dan untuk acara pembukaan akan dipusatkan di Lapangan Karang Pawitan, Karawang.

Pada puncak peringatan, Mendikbud mencanangkan “Gerakan Masyarakat Membaca” di hadapan warga berguru Paska Keaksaraan Dasar, yang diwakili sebanyak 2.000 orang dari Kabupaten Karawang. Selain itu, Mendikbud juga mencanangkan aplikasi Dapodik PAUD dan Dikmas.

Sehubungan dengan peringatan Hari Aksara Internasional ke-50 ini, berikut sambutan resmi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Peringatan Hari Aksara Internasional Tanggal 24 Tahun 2015, selengkapnya sebagia berikut :

Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Selamat pagi, Salam sejahtera untuk kita semua

Ibu dan Bapak hadirin yang saya hormati,

Mengawali sambutan ini, marilah kita senantiasa memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, atas perkenan rahmat dan hidayahNya, sehingga kita semua masih dikaruniai kesehatan, kekuatan dan kesempatan untuk terus melanjutkan dedikasi kita kepada bangsa dan negara tercinta.

Izinkan saya memulai pembicaraan dengan bertanya sebuah hal sederhana. “Berapa banyak penduduk kita yang bisa membaca dikala para pendiri Republik menyatakan kemerdekaan?”

Pada dikala kita dengan lantang berteriak merdeka, lebih dari 90 persen penduduk kita bahkan tak bisa menuliskan namanya sendiri. Maka bayangkan ketika Bung Karno mengatakan, “Beri saya sepuluh pemuda!” boleh jadi 9 dari 10 perjaka tersebut tak bisa mengeja namanya.

Fakta itu boleh jadi mencengangkan, tapi apa yang para pendiri Republik ini lakukan jauh lebih mencengangkan.

Usaha melawan ketidakterdidikan telah para pendiri Republik ini gaungkan bahkan sebelum Republik ini menyatakan kemerdekaannya. Ki Hadjar Dewantara dalam “Rapat Panitia Adat dan Tatanegara Dahulu” sebelum proklamasi mengatakan, “Sebenarnya dari pihak rakyat sendiri sudah semenjak usang nampak perjuangan hendak memberantas buta huruf di kalangan rakyat ini.”

Ki Hadjar kemudian mencontohkan dari Kongres Putri hingga Rukun Tani melaksanakan kegiatan pengajaran membaca. Kesadaran akan pentingnya membaca bukan tiba-tiba hadir hari-hari ini, ia lahir bahkan sebelum proklamasi kita canangkan.

Ikhtiar itu terus kita bawa jauh sesudah proklamasi. Saya ingat sebuah foto Bung Karno di depan spanduk dikala ia bicara di Yogyakarta. Tulisan di spanduk itu tak menyerupai biasa. Spanduk itu dimulai dengan sebuah kata, “Bantulah”. Lengkapnya “Bantulah perjuangan pemberantasan buta-huruf !”.

Pemerintah membuka tangannya untuk bekerjasama. Mengajak berkolaborasi. Hasilnya dahsyat!

Gerakan Pemberantasan Buta Huruf (PBH) yang Bung Karno canangkan menjadi gerakan semesta di lebih dari 18 ribu tempat, melibatkan lebih dari 17 ribu guru dan sekitar 700 ribu murid. Sampai tahun 1960 Bung Karno menegaskan bahwa Indonesia harus terbebas dari buta huruf. Republik ini kemudian berkembang menjadi dari tak terdidik menjadi terdidik.

asan Buta Huruf (PBH) yang Bung Karno canangkan menjadi gerakan semesta di lebih dari 18 ribu tempat, melibatkan lebih dari 17 ribu guru dan sekitar 700 ribu murid. Sampai tahun 1960 Bung Karno menegaskan bahwa Indonesia harus terbebas dari buta huruf. Republik ini kemudian berkembang menjadi dari tak terdidik menjadi terdidik.

Hadirin yang berbahagia,

Pekerjaan rumah bukan berarti telah selesai. Bung Karno dan seluruh elemen masyarakat telah mengantar kita pada gerbang keberaksaraan. Tapi, kiprah tak akhir hingga di sini.

Pada tahun 2010 penduduk Indonesia usia 15-59 tahun yang melek abjad sekitar 95,21 persen. Angka ini kemudian naik pada tahun 2014 menjadi sebesar 96,3 persen. Angka tersebut memperlihatkan keberhasilan kita memenuhi sasaran Deklarasi Dakar perihal Pendidikan Untuk Semua (PUS) atau Education for All (EFA) bahwa Indonesia sanggup menurunkan separuh penduduk tuna abjad menjadi kurang dari 5 persen pada 2015. Tapi angka itu juga berarti masih ada sekitar 5,9 juta orang yang belum bisa mengeja dan menulis namanya sendiri.

Saat ini tercatat sebanyak 8 provinsi yang persentase tuna aksaranya masih di atas 5 persen. Angka-angka itu bukan sekadar formasi statistik buta huruf. Angka itu memberi pesan nyaring belum semua warga negeri ini bisa menuliskan “Indonesia” dalam secarik kertas.

Tantangan abjad bukan sekadar bisa membaca, tantangan keberaksaraan lebih besar dari itu. Jika kita lihat dalam konteks itu, maka bisa jadi angka “buta aksara” kita masih mengkhawatirkan.

Taufik Ismail, salah satu sastrawan kita, pada dikala mendapatkan Habibie Award tahun 2007 menyampaikan bahwa kita masih diselimuti oleh “Generasi Nol Buku”. Generasi yang tak membaca satu pun buku dalam satu tahun. “Generasi yang rabun membaca dan lumpuh menulis.”

Kekhawatiran Taufik Ismail itu bukan kekhawatiran kosong belaka, sastrawan besar kita Buya Hamka pernah mengatakan, “Setiap insan perlu membaca buku, alasannya yaitu pena seseorang tidak akan berisi jika sekiranya beliau kurang membaca”.

Pernyataan Taufik Ismail dan Buya Hamka menyerupai sebuah lonceng atas data Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2012 yang menyatakan bahwa kemampuan literasi (membaca dan menulis) siswa Indonesia jauh tertinggal. Indonesia jauh tertinggal.

Maka kiprah kita jelas, “Generasi Nol Buku” ini harus kita ubah!

Keberaksaraan bukan sekadar mengubah yang tak bisa membaca menjadi bisa membaca, tetapi juga mendorong yang bisa membaca untuk terus membaca. Menjadi generasi yang menjelajah lewat abjad yang ia baca. Pertanyaan besarnya yaitu bagaimana kita bersama akan mengubah keadaan “Generasi Nol Buku” ini?

Ibu dan Bapak yang saya hormati,

Gerakan Pemberantasan Buta Huruf (PBH) yang Bung Karno dan seluruh elemen masyarakat lakukan beberapa dekade silam sebenarnya bukan hanya sebuah perjuangan mengurangi angka buta aksara. Gerakan ini mengirimkan satu pesan tegas pada kita semua.

Secara konstitusional pendidikan yaitu tanggung jawab pemerintah, tapi secara moral pendidikan yaitu tanggung jawab setiap orang yang terdidik. Maka kita harus mengubah perspektif dalam mendorong kualitas keberaksaraan kita. Meningkatkan keberaksaraan yaitu gerakan bersama.

Pemerintah dalam hal ini Kemdikbud terus berikhtiar meningkatkan kualitas keberaksaraan kita. Kita juga mendorong percepatan acara keberaksaraan pada daerah-daerah yang mempunyai angka tuna abjad tinggi. Melalui “Afirmasi Pendidikan Keaksaraan Untuk Papua” (APIK PAPUA) kita melaksanakan percepatan peningkatan keberaksaan di kawasan Papua.

Ikhtiar untuk meningkatkan keberaksaraan juga kita lakukan melalui Permendikbud No. 23 tahun 2015 mengenai Penumbuhan Budi Pekerti (PBP). Salah satu poin utama dalam Permendikbud tersebut yaitu semua warga sekolah baik siswa, guru, tenaga pendidikan, dan kepala sekolah wajib membaca buku selain buku teks pelajaran selama 15 menit sebelum hari pembelajaran.

Tujuannya terang yakni menggiatkan budaya membaca dan menghapus “Generasi Nol Buku”. Tantangan keberaksaraan kita sekarang tentu berbeda dengan tantangan ketika kemerdekaan. Kita tak hidup dalam ruang vakum, maka persaingan dan tantangan kurun ini juga penting untuk kita jawab.

Salah satu kompetensi yang perlu kita dorong yaitu insan Indonesia yang mempunyai kompetensi global dengan pemahaman akar rumput. Kemampuan berbahasa dan keberaksaraan yaitu kendaraan bagi kita untuk menjawab kebutuhan insan Indonesia masa depan.

Maka salah satu kompetensi yang harus kita siapkan yaitu kemampuan berbahasa dan berkomunikasi untuk pergaulan di level global dan akar rumput. Minimal ada tiga bahasa yang harus kita kuasai yakni Bahasa Indonesia, bahasa internasional, dan bahasa daerah.

Saya sengaja memakai istilah bahasa internasional bukan sekadar Bahasa Inggris lantaran ini sangat tergantung dengan komunitas internasional mana yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing orang. Lewat bahasa internasional kita berkawan dengan komunitas global. Melalui bahasa kawasan yaitu kita memahami ragam kultur daerah, memahami akar rumput kita, dari mana kita berasal.

Menjawab tantangan keberaksaraan di kurun ini tentu tak bisa kita lakukan dalam satu dua malam. Perlu kerja ekstra keras dan konsisten dari setiap kita untuk mewujudkannya. Tugas kita bersama bukan menyesali keadaan yang ada, kiprah kita bersama menjadi bab dari solusi!

Ibu dan Bapak hadirin yang saya hormati, irin yang saya hormati,

Tentu menjadikan keberaksaraan sebagai gerakan bersama yaitu ikhtiar kita bersama. Yang perlu kita jawab bersama yaitu apa saja langkah-langkah nyata yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan keberaksaraan?

Setiap orang bisa ikut berkontribusi dengan langkah-langkah nyata berikut ini:

Pertama, setiap orangtua perlu mengenalkan abjad semenjak dini. Mengenalkan abjad bukan berarti pribadi kita mulai dengan mengajarkan membaca dan menulis.

Perkenalan pertama belum dewasa kita pada abjad yaitu dengan merangsang ketertarikannya pada bacaan. Orangtua bisa membacakan dongeng untuk anak-anaknya. Praktik baik yang bisa kita lakukan yaitu dengan memperlihatkan alokasi waktu khusus membacakan dongeng untuk anak.

Membacakan dongeng mungkin terkesan sederhana. Tapi dari sana belum dewasa kita akan berimajinasi. Ia akan tahu bahwa lewat abjad dirinya bisa mengenal dunia.

Kedua, sekolah perlu membuka diri menjadi distributor perubahan keberaksaraan. Bagaimana caranya? Caranya yaitu dengan berkolaborasi bersama warga sekitar untuk mengelola kegiatan membaca baik di perpustakaan atau akomodasi membaca yang sudah ada.

Perpustakaan sekolah perlu lebih terbuka dengan memperlihatkan jalan masuk pada warga sekitar untuk ikut membaca dan beraktivitas di sana. Warga sekitar juga bisa berperan aktif menghidupkan perpustakaan dengan ikut bertukar bacaan, mengadakan kegiatan literasi bersama siswa dan guru di sekolah dengan melibatkan pegiat sastra lokal.

Lewat keterbukaan dan kerja sama itu sekolah dan warga juga bisa ambil kiprah dengan menjadi balai pemberantasan buta aksara. Guru, kepala sekolah, warga, atau siswa berkolaborasi dengan pemangku kepentingan kawasan bisa bergantian mengajar membaca bagi warga yang belum bisa baca tulis.

Perpustakaan dan sekolah yang lebih terbuka dan erat yaitu langkah penting menumbuhkan kecintaan abjad di lingkungan kita. Perpustakaan boleh sederhana, tapi kegiatan di dalamnya menghasilkan manfaat bagi banyak warga!

Untuk guru, saya berpesan satu hal, jadilah inspirator membaca. Jika guru aktif membaca maka muridnya niscaya gemar membaca! Tugas kita yaitu menimbulkan dan menumbuhkan kecintaan membaca. Kebiasaan membaca tumbuh lantaran kecintaan bukan lantaran paksaan.

Ketiga, ambil peran aktif dalam kegiatan menulis. Membaca dan menulis yaitu padu padan roda peradaban. Lewat membaca, insan menjelajah dunia tanpa batas, dengan menulis penjelajahan tersebut akan kita lestarikan.

Maka semua warga sekolah perlu mengaktifkan kegiatan menulis. Aktifkan majalah dinding sekolah, buat resensi atas buku yang warga sekolah baca, dan latih kemampuan menulis baik dengan praktik pribadi atau melalui diskusi-diskusi sederhana di sekolah.

Upaya-upaya tersebut yaitu praktik-praktik sederhana yang bisa kita lakukan. Kita percaya bahwa masingmasing kita punya bermacam-macam praktik baik yang bisa menjadi inspirasi.

Saya minta bagikan dan ceritakan praktik baik keberaksaraan yang sudah ibu dan bapak lakukan. Biarkan praktik baik itu jadi wangsit untuk meningkatkan keberaksaraan di titik-titik penjuru negeri ini!
Ibu dan Bapak hadirin yang saya hormati,

Pada kesempatan yang berbahagia ini, izinkan Saya memberikan rasa prihatin kepada masyarakat Indonesia yang tengah mengalami tragedi alam tragedi asap akhir kebakaran hutan di beberapa wilayah dibumi kita tercinta ini. Sesuai pesan Bapak Presiden RI, Kepada para Kepala Daerah yang daerahnya terdampak tragedi asap, bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah harus aktif terjun pribadi ke lapangan memimpin pengendalian kebakaran dan mengatasi imbas kabut asap.

Bila kualitas udara sudah melebihi angka toleransi, Presiden RI menginstruksikan kepada Mendikbud semoga menghentikan kegiatan pendidikan dan menyesuaikan standar pendidikan yang terhenti tersebut.

Presiden menggarisbawahi bahwa kebakaran hutan ini yaitu problem kita bersama. Untuk itu, Presiden mendukung banyak sekali bentuk inisiatif gerakan dalam masyarakat untuk terlibat pribadi dalam memadamkan api maupun dalam mengatasi imbas kabut asap.

Ibu dan Bapak hadirin yang saya hormati,

Akhirnya sebagai epilog sambutan ini, Saya memberikan terima kasih dan apresiasi kepada Gubernur Jawa Barat dan Bupati Karawang serta seluruh masyarakat Jawa Barat yang telah bersedia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Hari Aksara Internasional Tingkat Nasional Tahun 2015.

Saya ucapkan selamat dan penghargaan kepada para Gubernur/Bupati/Walikota yang mendapatkan Anugerah Aksara tahun ini, atas janji yang tinggi dalam menurunkan angka tuna abjad di wilayahnya. Ucapan selamat juga kepada para pimpinan lembaga/organisasi penyelenggara acara PAUD dan Dikmas yang meraih juara lomba satuan PNF berprestasi, yang telah ikut mensukseskan gerakan nasional percepatan penuntasan tuna abjad dan gerakan berkolaborasi dengan masyarakat.

Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala upaya dan perjuangan kita dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan keinginan kemerdekaan kita.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Karawang, 24 Oktober 2015
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,

ANIES BASWEDAN

Download file sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam rangka Memperingati Hari Aksara Internasional (HAI) ke-50 pada Tanggal 24 Tahun 2015, silahkan unduh pribadi dari links sumber artikel ini dengan klik pada tautan berikut. Semoga bermanfaat dan terimakasih… Salam Edukasi…!