Showing posts with label PERINGATAN HARI BESAR. Show all posts
Showing posts with label PERINGATAN HARI BESAR. Show all posts

Wednesday, December 11, 2019

Terbaik Juknis / Anutan Upacara Bendera Peringatan Hardiknas Tahun 2015

Sahabat Edukasi yang berbahagia…

Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) diperingati pada tanggal 2 Mei setiap tahunnya. Adapun tema pada peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2015 ini yakni "Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Gerakan Pencerdasan dan Penumbuhan Generasi Berkarakter Pancasila".

Terkait dengan hal tersebut, Kemendikbud telah menerbitkan fatwa pelaksanaan peringatan Hari Pendidikan Nasional yang ditujukan kepada seluruh pemerintah kawasan provinsi/kabupaten/kota, kepala perwakilan Indonesia di luar negeri, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan provinsi/kabupaten/kota, rektor sekolah tinggi tinggi negeri/swasta, Kepala Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan supaya menyelenggarakan upacara bendera peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2015


5 Poin utama yang disampaikan Mendikbud dalam surat edaran Nomor 0379/MPK.F/LL/2015 Perihal Penyelenggaraan Upaca Bendera Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2015 disampaikan hal-hal sebagai berikut :

1.   Upacara bendera memperingati Hari Pendidikan Nasional secara nasional dilaksanakan pada :
-        hari, tanggal : Sabtu, 2 Mei 2015
-        pukul : 08.00 waktu setempat
-        sifat upacara : Tertib. Khidmat, dan Sederhana
-        tempat upacara : Lapangan Upacara (terbuka)

2.   Adapun tema pada peringatan Hari Pendidikan Nasionai Tahun 2015 yakni "Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Gerakan Pencerdasan dan Penumbuhan Generals! Berkarakter Pancasila"

3.  Kepada seluruh pemerintah kawasan provinsi/kabupaten/kota, kepala perwakilan Indonesia di luar negeri, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan provinsi/kabupaten/kota, rektor sekolah tinggi tinggi negeri/swasta, Kepala Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan supaya menyelenggarakan upacara bendera peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2015

4.  Untuk lebih menyemarakkan peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2015 dibutuhkan masing-rnasing instansi memasang spanduk dengan tema tersebut di atas dan melaksanakan kegiatan yang mendukung peningkatan mutu pendidikan dengan tetap memperhatikan ketentuan perundang-undangan.

5.  Untuk lebih memupuk rasa patriotisme, selain mengadakan upacara bendera, panitia nasional peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2015 akan melaksanakan ziarah ke makam Ki Hajar Dewantara di Daerah spesial Yogyakarta. Berkenaan dengan itu, dihimbau kiranya Gubernur dan Bupati/Walikota juga berkenan melaksanakan ziarah ke taman makam pendekar di wilayah masing-masing.


Selanjutnya disampaikan Kemdikbud terkait fatwa upacara bendera peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2015. Untuk download Petunjuk Teknis / Pedoman Upacara Bendera Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2015, silahkan klik pada links berikut… Semoga bermanfaat dan terimakasih… Salam Edukasi…!

Terbaik Hari Buku Sedunia Diperingati / Dirayakan Setiap Tanggal 23 April Pada Setiap Tahunnya

Sahabat Edukasi yang berbahagia…

Membaca sanggup membuka dunia, dengan membaca, seseorang sanggup mengetahui hampir apapun yang ia ingin ketahui tanpa pergi ke suatu kawasan tentunya. Karena pembaca sanggup mengetahui segala informasi yang diharapkan dari buku-buku yang ditulis oleh para penulis profesional di bidangnya masing-masing.

Di negara-negara maju pun sudah terbukti bahwasannya kebudayaan baca yang ada dalam suatu masyarakat di suatu negara tersebut mempunyai andil yang besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan tentunya akan kuat pada kemajuan suatu negara dalam waktu yang relatif cepat. Terlebih pada lingkungan sekolah, bagi penerima didik membaca itu ialah “makanan otak”, di mana dengan membaca meraka akan sanggup lebih meningkatkan pemahaman terhadap suatu pembelajaran sekaligus sanggup berbagi serta memperluas wawasan pengetahuan yang lebih berkualitas dan komprehensif.

Dengan begitu, bila kuantitas membaca pada buku-buku yang konkret serta membaca dengan berorientasi pada kualitas, maka pada akibatnya SDM si pembaca pun dipastikan akan sanggup meningkat dari waktu ke waktu. Sehubungan dengan hari buku sedunia yang dirayakan setiap tanggal 23 April ini, berikut share info khusus yang terkait hari buku sedunia yang bertajuk “Selamat Hari Buku Sedunia” dari situs Kemdikbud selengkapnya…

Hari Buku Sedunia! World Book Day atau Hari Buku Sedunia ialah program tahunan yang dirayakan setiap tanggal 23 April. Acara ini mulai dianjurkan oleh UNESCO pada 23 April 1995. Pada Hari Buku Sedunia, aneka macam negara menyelenggarakan acara untuk membuka mata masyarakat mengenai dunia membaca, dunia penerbitan buku, sampai hak cipta. Hari Buku Sedunia juga menjadi momen untuk mengajak masyarakat lebih mengenali karya-karya atau materi bacaan yang menarik.

Berdasarkan data UNESCO tahun 2012, indeks minat baca Indonesia gres mencapai 0,0001. Artinya, dalam setiap 1.000 orang Indonesia, hanya ada satu yang mempunyai minat baca. Sementara dari data Survey Badan Pusat Statisitik (BPS) pada tahun 2012, didapatkan bahwa sumber informasi penduduk Indonesia berusia 10 tahun ke atas diperoleh dari televisi (91,68 %), dan hanya sekitar 17,66 % yang menyukai membaca surat kabar, buku atau majalah. Data Bank Dunia pun mengatakan minat baca anak Indonesia termasuk rendah, yaitu sekitar 51,7 %,  lebih rendah dari Philipina 52,6 %, Thailand 65,1 %, Singapura 74 % dan Jepang 82,3 %.
Dalam rangka memperingati Hari Buku Sedunia, Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan menyelenggarakan acara untuk meningkatkan minat baca generasi bangsa, khususnya anak-anak. Perpustakaan Kemendikbud akan menggelar kegiatan “Pencanangan Gerakan 10 Menit Membacakan Cerita (Read Aloud) untuk Anak”. Kegiatan ini akan berlangsung pada bulan Mei 2015.

Kegiatan “Pencanangan Gerakan 10 Menit Membacakan Cerita (Read Aloud) untuk Anak” bertujuan untuk menumbuhkan kecintaan anak pada buku, serta meningkatkan minat baca pada anak. Membacakan buku buat anak mempunyai dampak luar biasa pada perkembangan anak. Dalam kegiatan ini, direncanakan Mendikbud Anies Baswedan akan membacakan buku kisah di depan bawah umur usia dini.


Selain itu, para guru dan orang renta juga sanggup mengikuti workshop Read Aloud untuk bekal membacakan buku kisah bagi anak-anak. Read Aloud ialah metode mengajarkan membaca yang paling  efektif untuk bawah umur alasannya ialah dengan metode ini kita bisa mengkondisikan otak anak untuk mengasosiasikan membaca sebagai suatu kegiatan yang menyenangkan. Orang renta dan guru yang membacakan kisah kepada bawah umur sanggup menjadi pola bagi anaknya (reading role model). (Desliana Maulipaksi)

Referensi artikel : Selamat Hari Buku Sedunia! – Kemdikbud RI

Terbaik Sejarah Hari Pendidikan Nasional / Hardiknas Tanggal 2 Mei

Sahabat Edukasi yang berbahagia… Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) ialah hari yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk memperingati kelahiran Ki Hadjar Dewantara, tokoh aktivis pendidikan di Indonesia dan pendiri forum pendidikan Taman Siswa, diperingati pada tanggal 2 Mei setiap tahunnya.

Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei, bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara, pendekar nasional yang dihormati sebagai Bapak Pendidikan Nasional di Indonesia.

Ki Hadjar Dewantara lahir dari keluarga kaya Indonesia selama masa kolonialisme Belanda, ia dikenal alasannya ialah berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan bawah umur kelahiran Belanda atau orang kaya yang dapat mengenyam kursi pendidikan.

Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda, dan ia lalu mendirikan sebuah forum pendidikan berjulukan Taman Siswa sehabis kembali ke Indonesia. Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai menteri pendidikan sehabis kemerdekaan Indonesia. Filosofinya, tut wuri handayani ("di belakang memberi dorongan ; menggerakkan / mendukung"), digunakan sebagai semboyan dalam dunia pendidikan Indonesia. Ia wafat pada tanggal 26 April 1959. Untuk menghormati jasa-jasanya terhadap dunia pendidikan Indonesia, pemerintah Indonesia memutuskan tanggal kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional.


Taman Siswa ialah nama sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta (Taman berarti kawasan bermain atau kawasan belajar, dan Siswa berarti murid).Pada waktu pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa ini diberi nama "National Onderwijs Institut Taman Siswa", yang merupakan realisasi gagasan beliau gotong royong dengan sobat di paguyuban Sloso Kliwon. Sekolah Taman Siswa ini kini berpusat di balai Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, dan mempunyai 129 sekolah cabang di banyak sekali kota di seluruh Indonesia.


Prinsip dasar dalam sekolah/pendidikan Taman Siswa yang menjadi aliran bagi seorang guru dikenal sebagai Patrap Triloka. Konsep ini dikembangkan oleh Suwardi sehabis ia mempelajari sistem pendidikan progresif yang diperkenalkan oleh Maria Montessori (Italia) dan Rabindranath Tagore (India/Benggala). Patrap Triloka mempunyai unsur-unsur (dalam bahasa Jawa) :

1.   Ing Ngarsa Sung Tuladha : yang di depan memberi teladan
2.   Ing Madya Mangun Karsa : yang di tengah membangkitkan kehendak
3.   Tut Wuri Handayani : yang di belakang menggerakkan / mendukung

Patrap Triloka digunakan sebagai panduan dan aliran dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Meskipun bukan hari libur nasional, Hari Pendidikan Nasional dirayakan secara luas di Indonesia. Perayaannya biasanya ditandai dengan pelaksanaan upacara bendera di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi tinggi, dari tingkat kecamatan sampai pusat, disertai dengan penyampaian pidato bertema pendidikan oleh pejabat terkait.

Referensi artikel : http://id.wikipedia.org

Terbaik Sambutan Mendikbud Dalam Peringatan Hardiknas Tahun 2015 (Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015)

Sahabat Edukasi yang berbahagia…

Berikut salinan lengkap dari Pidato / Sambutan Mendikbud RI pada peringatan Hardiknas tahun 2015 yang akan diperingati secara nasional pada hari Sabtu, tanggal 2 Mei 2015 dengan tema “Pendidikan dan Kebudayaan Sebagai Gerakan Pencerdasan dan Penumbuhan Generasi Berkarakter Pancasila” :

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Di hari yang membahagiakan ini, ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih, kita panjatkan puji dan syukur atas izin, rahmat, dan karunia-Nya, kita semua berkesempatan untuk merayakan Hari Pendidikan Nasional ini.

Di Hari Pendidikan Nasional ini, atas nama pemerintah, izinkan saya memberikan apresiasi pada semua pihak, pada semua pelaku pendidikan di mana pun berada, yang telah mengambil tugas aktif untuk mencerdaskan saudara sebangsa. Untuk para pendidik di semua jenjang, yang telah bekerja keras membangkitkan potensi penerima didik untuk menjadi insan berkarakter mulia, yang bisa meraih impian dan menjadi pembelajar sepanjang hidup, terimalah salam hormat dan apresiasi dari kita semua.

Bapak, Ibu, dan Hadirin yang mulia,

Republik tercinta ini digagas oleh belum dewasa muda terdidik dan tercerahkan. Pendidikan telah membukakan mata dan kesadaran mereka untuk membangun sebuah negeri Bhineka yang modern. Sebuah negara yang berakar pada budbahasa dan budaya bangsa nusantara, beralaskan semangat gotong royong, tetapi tetap mengedepankan dan menumbuhkembangkan prinsip kesejajaran dan kesatuan sebagai sebuah negara modern.

Pendidikan telah membukakan pintu wawasan, menyalakan cahaya pengetahuan, dan menguatkan pilar ketahanan moral. Persinggungan dengan pendidikanlah yang telah memungkinkan para perintis kemerdekaan untuk mempunyai gagasan besar yang melampaui zamannya. Gagasan dan usaha yang menciptakan Indonesia dijadikan sebagai rujukan oleh bangsa-bangsa di Asia dan di Afrika. Dunia terpesona pada Indonesia, tidak saja alasannya yakni keindahan alamnya, atau keramahan penduduknya, atau keagungan budayanya, tetapi juga alasannya yakni gugusan orang-orang terdidiknya yang berani mengusung ide-ide terobosan dengan ditopang pilar moral dan intelektual.

Indonesia yakni negeri penuh berkah. Di tanah ini, setancapan ranting bisa tumbuh menjadi pohon yang rindang. Alam subur, maritim melimpah, apalagi jika melihat mineral, minyak, gas, hutan, dan semua gugusan kekayaan alam. Indonesia yakni wajah cerah khatulistiwa. Namun, kita semua harus sadar bahwa aset terbesar Indonesia bukan tambang, bukan gas, bukan minyak, bukan hutan, ataupun segala macam hasil bumi; aset terbesar bangsa ini yakni insan Indonesia. Tanggung jawab kita kini yakni mengembangkan kualitas insan Indonesia.

Manusia yang terdidik dan tercerahkan yakni kunci kemajuan bangsa. Jangan sesekali kita mengikuti jalan berpikir kaum kolonial di masa lalu. Fokus mereka, kaum colonial itu, yakni pada kekayaan alam saja dan tanpa peduli pada kualitas manusianya. Kaum kolonial memang tiba untuk mengeruk dan menyedot isi bumi Nusantara, menguras hasil bumi Nusantara. Karena itu, mereka peduli dan tahu persis data kekayaan alam kita, tetapi mereka tidak pernah peduli dengan kualitas insan di Nusantara.

Kini kita sudah 70 tahun merdeka. Kemerdekaan itu bukan hanya untuk menggulung kolonialisme, melainkan juga untuk menggelar kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jangan hingga kita hanya tahu perihal kekayaan alam, tetapi tidak tahu kualitas insan di negeri kita. Kita harus berkonsentrasi pada peningkatan dan pengembangan kualitas manusia. Kita dihentikan mengikuti jalan berpikir kaum kolonial yang terfokus hanya pada kekayaan alam, tetapi--sekali lagi saya tegaskan melupakan soal kualitas manusia.

Mari kita jawab, tahukah kita berapa jumlah sekolah, jumlah guru, jumlah siswa, jumlah akademi tinggi di kawasan kita? Tahukah kita berapa banyak belum dewasa di wilayah kita yang terpaksa putus sekolah? Tahukah kita perihal kondisi guru-guru di sekolah yang mengajar belum dewasa kita? Tahukah kita perihal tantangan yang dihadapi oleh kepala sekolah dan guru untuk memajukan sekolahnya?

Lebih jauh lagi, berjuta jumlahnya putra-putri Indonesia yang kini telah berhasil meraih kesejahteraan. Pada kita yang telah sejahtera itu, terperinci terlihat bahwa pendidikan yakni hulunya. Karena pendidikanlah, maka terbuka peluang untuk hidup lebih baik.

Pendidikan itu menyerupai tangga berjalan yang mengantarkan kita meraih kesejahteraan yang jauh lebih baik. Pertanyaannya, sudahkah kita menengok sejenak pada dunia pendidikan yang telah mengantarkan kita hingga pada kesejahteraan yang lebih baik?

Pernahkah kita mengunjungi sekolah kita dulu? Pernahkah kita menyapa, bertanya kabar dan kondisi, serta berucap terima kasih pada guru-guru yang mendidik kita dulu? Bagi kita yang kini berkiprah di luar dunia pendidikan, mari kita luangkan perhatian. Mari ikut terlibat memajukan pendidikan. Mari kita ikut iuran untuk menciptakan generasi belum dewasa kita bisa meraih yang jauh lebih baik dari yang berhasil diraih oleh generasi kita ini. Dan, iuran paling gampang yakni kehadiran. Datangi sekolah, datangi guru, datangi belum dewasa pelajar, kemudian terlibat untuk berbagi, untuk menginspirasi, dan terlibat untuk ikut memajukan dunia pendidikan kita.

Bapak, Ibu, dan Hadirin yang berbahagia,

Wajah masa depan kita berada di ruang-ruang kelas, memang. Akan tetapi, hal itu bukan berarti bahwa tanggung jawab membentuk masa depan itu hanya berada di pundak pendidik dan tenaga kependidikan di institusi pendidikan. Secara konstitusional, mendidik yakni tanggung jawab negara. Namun, secara moral, mendidik yakni tanggung jawab setiap orang terdidik. Mengembangkan kualitas insan Indonesia harus dikerjakan sebagai sebuah gerakan bersama. Semua harus ikut peduli, bahu-membahu, saling sokong dan topang untuk memajukan kualitas insan Indonesia lewat pendidikan.

Oleh alasannya yakni itu, Bapak, Ibu dan Hadirin sekalian, peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini kita mengambil tema ‘Pendidikan dan Kebudayaan Sebagai Gerakan Pencerdasan dan Penumbuhan Generasi Berkarakter Pancasila’.

Kata kunci dari tema tersebut yakni “Gerakan”. Pendidikan harus dipandang sebagai ikhtiar kolektif seluruh bangsa. Karena itu, pendidikan tidak bisa dipandang sebagaisebuah jadwal semata. Kita harus mengajak semua elemen masyarakat untuk terlibat. Kita mendorong pendidikan menjadi gerakan semesta, yaitu gerakan yang melibatkan  seluruh elemen bangsa: masyarakat merasa memiliki, pemerintah memfasilitasi, dunia bisnis peduli, dan ormas/LSM mengorganisasi. Berbeda dengan sekadar “program” yang “perasaan mempunyai atas kegiatan” hanya terbatas pada para pelaksana program, sebuah “gerakan” justru ingin menumbuhkan rasa mempunyai pada semua kalangan. Mari kita ajak semua pihak untuk merasa peduli, untuk merasa mempunyai atas problematika pendidikan biar semua bersedia menjadi bab dari ikhtiar untuk menuntaskan problematika itu.

Gerakan pencerdasan dan penumbuhan generasi berkarakter Pancasila yakni sebuah ikhtiar mengembalikan kesadaran perihal pentingnya huruf Pancasila dalam pendidikan kita. Sudah digariskan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi penerima didik biar menjadi insan yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Itulah huruf Pancasila yang menjadi tujuan Pendidikan Nasional kita.

Menumbuhkembangkan potensi anak didik menyerupai itu memerlukan karakteristik pendidik dan suasana pendidikan yang tepat. Di sinilah Bapak, Ibu dan Hadirin sekalian, peringatan Hari Pendidikan Nasional menjadi amat relevan untuk mengingatkan kembali perihal karakteristik pendidik dan suasana pendidikan.

Peringatan Hari Pendidikan Nasional ini tidak bisa dilepaskan dari sosok Ki Hadjar Dewantara, yang pada tanggal 2 Mei merupakan hari kelahiran Bapak Pendidikan Indonesia itu. Ki Hadjar Dewantara menyebut sekolah dengan istilah “Taman”. Taman merupakan tempat berguru yang menyenangkan. Anak tiba ke taman dengan senang hati, berada di taman juga dengan senang hati, dan pada ketika harus meninggalkan taman, maka anak akan merasa berat hati. Pertanyaannya, sudahkah sekolah kita menjadi menyerupai taman? Sudahkah sekolah kita mejadi tempat berguru yang menyenangkan?

Sekolah menyenangkan mempunyai banyak sekali karakter, di antaranya yakni sekolah yang melibatkan semua komponennya, baik guru, orang tua, siswa dalam proses belajarnya; sekolah yang pembelajarannya relevan dengan kehidupan; sekolah yang pembelajarannya mempunyai ragam pilihan dan tantangan, di mana individu diberikan pilihan dan tantangan sesuai dengan tingkatannya; sekolah yang pembelajarannya menawarkan makna jangka panjang bagi penerima didiknya.

Di hari Pendidikan Nasional ini, mari kita kembalikan semangat dan konsep Ki Hadjar Dewantara bahwa sekolah harus menjadi tempat berguru yang menyenangkan. Sebuah wahana berguru yang menciptakan para pendidik mencicipi mendidik sebagai sebuah kebahagiaan. Sebuah wahana berguru yang menciptakan para penerima didik mencicipi berguru sebagai sebuah kebahagiaan. Pendidikan sebagai sebuah kegembiraan. Pendidikan yang menumbuh-kembangkan potensi penerima didik biar menjadi insane berkarakter Pancasila.

Ikhtiar besar kita untuk pendidikan ini hanya akan bisa terwujud apabila kita semua terus bekerja keras dan makin membuka lebar-lebar partisipasi masyarakat untuk terlibat aktif dalam pendidikan. Mulai hari ini, kita harus mengubah perspektif bahwa pendidikan bukan hanya urusan kedinasan di pemerintahan, melainkan juga urusan kita dan ikhtiar memajukan pendidikan yakni juga tanggung jawab kita semua.

Mari kita teruskan kerja keras, kerja bersama ini. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Mahakuasa, selalu membimbing kita biar sanggup meraih dan melampaui impian bangsa kita tercinta. Amin. Selamat Hari Pendidikan Nasional, jayalah Indonesia!

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Jakarta, 2 Mei 2015

Anies Baswedan

Download Sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudaan Republik Indonesia dalam Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tanggal 2 Mei 2015 dengan klik artikel berikut. Semoga bermanfaat dan terimakasih… Salam Edukasi…!

Sumber rujukan artikel : Kemdikbud RI

Terbaik Kemendikbud Ajak Komunitas Dan Masyarakat Rayakan Hardiknas 2015

Sahabat Edukasi yang berbahagia….

Dalam setiap tahunnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada tanggal 2 Mei dengan banyak sekali rangkaian acara, namun ada yang berbeda dengan rangkaian peringatan Hardiknas 2015.

Pada peringatan Hardiknas tahun 2015 ini, Kemendikbud mengajak banyak sekali komunitas dan masyarakat untuk merayakan peringatan Hardiknas dalam rangkaian acaranya. Beberapa komunitas yang terlibat ialah komunitas Indo Runners, komunitas Egrang, komunitas Bakul Jamu Tradisional, komunitas-komunitas permainan tradisional, komunitas-komunitas sepeda, dan sebagainya.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud yang sekaligus Ketua Panitia Penyelenggara Hardiknas 2015, Kacung Marijan mengatakan, masing-masing kegiatan dalam rangkaian program peringatan Hardiknas 2015 akan melibatkan komunitas-komunitas yang ada di tengah-tengah masyarakat. “Kemendikbud ajak komunitas rayakan Hardiknas dengan kegiatan masing-masing di sepanjang bulan Mei. Makara bukan cuma pas tanggal 2 Mei saja,” katanya ketika rapat persiapan Hardiknas 2015 di kantor Kemendikbud, Jakarta, Rabu (29/4/2015).

Selain pelaksanaan upacara peringatan Hardiknas di kantor Kemendikbud, Jakarta pada tanggal 2 Mei 2015, terdapat banyak sekali program lainnya untuk memeriahkan peringatan Hardiknas 2015 tersebut. Kemendikbud akan mengadakan beberapa rangkaian program di Jakarta pada tanggal 10 Mei 2015 yaitu gerak jalan sehat dan sepeda sehat, permainan tradisional, permainan angklung, dan minum jamu gendong. Masyarakat Jakarta diimbau untuk memeriahkan rangkaian program peringatan Hardiknas tersebut.


Peringatan Hardiknas 2015 yang mengambil tema “Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Gerakan Pencerdasan dan Penumbuhan Generasi Berkarakter Pancasila”ini tidak hanya dilaksanakan di Jakarta saja tetapi juga akan dilaksanakan di kota dengan sebutan kota pelajar yaitu Yogyakarta. Rencananya akan diadakan Pameran Pendidikan dan Kebudayaan serta Pemutaran Film di Mobil Bioskop Keliling bagi masyarakat Yogyakarta pada tanggal 22-24 Mei 2015 di Museum Benteng Vredeburd, Yogyakarta. Selain itu, akan ada program Malam Kesenian Hardiknas 2015 pada tanggal 23 Mei 2015 di Museum Benteng Vredeburd, Yogyakarta.

Adapun program terakhir peringatan Hardiknas 2015 oleh Kemendikbud yaitu akan ada program Minggu Gembira bagi masyarakat Yogyakarta pada tanggal 24 Mei 2015 di Alun-alun Selatan Yogyakarta. Rencananya program ini mencakup jalan sehat dan sepeda sehat yang tentunya akan melibatkan banyak sekali komunitas sepeda di Yogyakarta dan sekitarnya. Selamat Hari Pendidikan Nasional! (Agi Bahari)

Terbaik Sambutan Menkominfo Dalam Peringatan Harkitnas Ke-107 Tanggal 20 Mei 2015

Sambutan Menkominfo Dalam Peringatan Harkitnas Ke-107 tanggal 20 Mei 2015

Sahabat Eduakasi yang berbahagia…

Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-107 tahun 2015, tanggal 20 Mei 2015. Berikut sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Republik Indonesia pada upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-107 tahun 2015 selengkapnya sebagai berikut :


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam Sejahtera untuk kita semua

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,

Pertama-tama, sebagai insan yang beriman, saya mengajak bantu-membantu memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, lantaran atas perkenan dan ridho-Nya pula pada pagi hari ini seluruh bangsa Indonesia tetap diberikan kesehatan dan limpahan karunia untuk secara bersamaan menyelenggarakan upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang ke 107 tahun 2015.

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,

Setiap tanggal 20 Mei, bangsa ini memperingati Hari Kebangkitan Nasional, hari yang menjadi momentum usaha seluruh rakyat Indonesia. Kebangkitan Nasional merupakan masa bangkitnya semangat nasionalisme, persatuan, kesatuan dan kesadaran sebagai sebuah bangsa untuk memajukan diri melalui gerakan organisasi modern yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan.

Melalui peringatan Harkitnas, marilah kita kenang kembali bagaimana semangat usaha The Founding Fathers bangsa besar ini untuk diambil sebagai contoh bagi kita semua. Dokter Wahidin Soedirohoesodo dan Dokter Soetomo telah menanamkan konsep usaha intelektual lewat pembentukan organisasi untuk membangun kebersamaan dan persatuan antar elemen bangsa. Proses panjang usaha mereka yang dilanjukan para pejuang lain, telah menghasilkan lahimya bangsa besar dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita kenal kini ini.

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,

Perjuangan bangsa Indonesia belum berakhir. Perjuangan ini yaitu abadi, untuk menuju Indonesia maju dan modern, berkeadilan, sejahtera, berdemokrasi serta bermartabat. Jika dihitung dari titik awal kebangkitan nasional tahun 1908, berarti kita telah berproses lebih dan seratus tahun menjadi bangsa yang berdaulat, dan secara terus menerus bergelut dengan perubahan. Perubahan-perubahan tersebut, mau tidak mau niscaya akan menyatu dan menandai proses perjalanan sejarah bangsa kita. Oleh lantaran itu, kita harus tetap waspada dan menjaga konsistensi & kesinambungan nilai-nilai kebangsaan yang telah dirintis oleh pejuang terdahulu.

Sebagaimana kita ketahui dalam visi misi Presiden dan wakil Presiden Jokowi-JK, pembangunan mental dan abjad bangsa menjadi salah satu prioritas utama jadwal pembangunan pemerintahan Indonesia kini ini. Pembangunan abjad tidak hanya di jajaran birokrasi pemerintah tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat. Pembangunan abjad yang disebut dengan "revolusi mental" tersebut dibutuhkan akan menghasilkan sumberdaya insan Indonesia yang kreatif, inovatif, berdedikasi, disiplin, kerja keras dan taat aturan. Berhasilnya pembangunan mental dan abjad yang baik tersebut akan mewujudkan masyarakat yang tertib dan terbuka sebagai modal sosial yang positif bagi kemajuan bangsa.

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,

Sejalan dengan semangat dan jiwa kebangkitan nasional tersebut, maka peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-107 tahun 2015 ini mengambil tema "MELALUI HARI KEBANGKITAN NASIONAL KITA BANGKITKAN SEMANGAT KERJA KERAS MEWUJUDKAN INDONESIA MAJU DAN SEJAHTERA".

Tema ini mengandung makna bahwa Kebangkitan Nasional kini lebih difokuskan pada perwujudan kerja kasatmata dengan bekerja lebih keras dan bukan sekadar pengembangan wacana. Tuntutan untuk terus maju dan mewujudkan Indonesia sebagai Negara sejahtera telah menjadi pemicu pentingnya merealisasikan semangat kebangkitan nasional dengan kerja keras, kerja cerdas dan produktif.

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,

Momentum Harkitnas ini juga harus bisa membangkitkan kembali nilai kebersamaan, persatuan dan kesatuan bangsa dalam menghadapi tantangan yang ada dengan menggelorakan rasa gembira dan cinta tanah air. Tidak ada bangsa yang maju tanpa usaha dan kerja keras. Tidak ada bangsa yang maju tanpa pengorbanan. Dan Tuhan tidak akan merubah nasib suatu bangsa, kecuali mereka berusaha merubah diri mereka masing-masing.

Tujuan peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke 107 yaitu untuk terus memelihara, menumbuhkan dan menguatkan jiwa nasionalisme kebangsaan kita sebagai landasan dasar dalam melakukan pembangunan, menegakkan nilai-nilai demokrasi berlandaskan moral dan sopan santun berbangsa dan bernegara, mempererat persaudaraan untuk mempercepat terwujudnya visi dan misi sebagai bangsa yang maju dan sejahtera dalam bingkai NKRI.

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,

Demikian, hal-hal yang sanggup saya sampaikan dalam kesempatan memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke-107 tahun 2015 yang berharga ini. Mudah-mudahan sanggup bermanfaat bagi kita semua. Sekali lagi, mari kita maknai peringatan Hari Kebangkitan Nasional ini dengan kerja kasatmata yang dilandasi rasa nasionalisme yang sebetulnya demi mewujudkan Indonesia maju dan sejahtera.

Bekerja, Bekerja dan Bekerja.

Terimakasih

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


                                                                    Menteri Komunikasi dan Informatika,


                                          RUDIANTARA


Untuk download Surat Edaran Peringatan Harkitnas Tahun 2015 sanggup diunduh pada links berikut, dan untuk download Sambutan Menkominfo Dalam Peringatan Harkitnas Tahun 2015 di atas sanggup diunduh dengan klik di sini. (sumber links unduh file : Kemdikbud.go.id) Semoga bermanfaat dan terimakasih… Salam Edukasi…!

Saturday, February 16, 2019

Terbaik Sambutan Mendikbud Pada Peringatan Hari Abjad Internasional Ke-50 Tahun 2015

Sahabat Edukasi yang berbahagia…

Hari Aksara Internasional (HAI) diperingati setiap tanggal 8 September pada setiap tahunnya.

Dan pada tahun 2015 ini, puncak peringatan Hari Aksara Internasional ke-50 ini berlangsung pada tanggal 22 hingga 24 Oktober 2015 di Karawang, Jawa Barat. Dan untuk acara pembukaan akan dipusatkan di Lapangan Karang Pawitan, Karawang.

Pada puncak peringatan, Mendikbud mencanangkan “Gerakan Masyarakat Membaca” di hadapan warga berguru Paska Keaksaraan Dasar, yang diwakili sebanyak 2.000 orang dari Kabupaten Karawang. Selain itu, Mendikbud juga mencanangkan aplikasi Dapodik PAUD dan Dikmas.

Sehubungan dengan peringatan Hari Aksara Internasional ke-50 ini, berikut sambutan resmi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Peringatan Hari Aksara Internasional Tanggal 24 Tahun 2015, selengkapnya sebagia berikut :

Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Selamat pagi, Salam sejahtera untuk kita semua

Ibu dan Bapak hadirin yang saya hormati,

Mengawali sambutan ini, marilah kita senantiasa memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, atas perkenan rahmat dan hidayahNya, sehingga kita semua masih dikaruniai kesehatan, kekuatan dan kesempatan untuk terus melanjutkan dedikasi kita kepada bangsa dan negara tercinta.

Izinkan saya memulai pembicaraan dengan bertanya sebuah hal sederhana. “Berapa banyak penduduk kita yang bisa membaca dikala para pendiri Republik menyatakan kemerdekaan?”

Pada dikala kita dengan lantang berteriak merdeka, lebih dari 90 persen penduduk kita bahkan tak bisa menuliskan namanya sendiri. Maka bayangkan ketika Bung Karno mengatakan, “Beri saya sepuluh pemuda!” boleh jadi 9 dari 10 perjaka tersebut tak bisa mengeja namanya.

Fakta itu boleh jadi mencengangkan, tapi apa yang para pendiri Republik ini lakukan jauh lebih mencengangkan.

Usaha melawan ketidakterdidikan telah para pendiri Republik ini gaungkan bahkan sebelum Republik ini menyatakan kemerdekaannya. Ki Hadjar Dewantara dalam “Rapat Panitia Adat dan Tatanegara Dahulu” sebelum proklamasi mengatakan, “Sebenarnya dari pihak rakyat sendiri sudah semenjak usang nampak perjuangan hendak memberantas buta huruf di kalangan rakyat ini.”

Ki Hadjar kemudian mencontohkan dari Kongres Putri hingga Rukun Tani melaksanakan kegiatan pengajaran membaca. Kesadaran akan pentingnya membaca bukan tiba-tiba hadir hari-hari ini, ia lahir bahkan sebelum proklamasi kita canangkan.

Ikhtiar itu terus kita bawa jauh sesudah proklamasi. Saya ingat sebuah foto Bung Karno di depan spanduk dikala ia bicara di Yogyakarta. Tulisan di spanduk itu tak menyerupai biasa. Spanduk itu dimulai dengan sebuah kata, “Bantulah”. Lengkapnya “Bantulah perjuangan pemberantasan buta-huruf !”.

Pemerintah membuka tangannya untuk bekerjasama. Mengajak berkolaborasi. Hasilnya dahsyat!

Gerakan Pemberantasan Buta Huruf (PBH) yang Bung Karno canangkan menjadi gerakan semesta di lebih dari 18 ribu tempat, melibatkan lebih dari 17 ribu guru dan sekitar 700 ribu murid. Sampai tahun 1960 Bung Karno menegaskan bahwa Indonesia harus terbebas dari buta huruf. Republik ini kemudian berkembang menjadi dari tak terdidik menjadi terdidik.

asan Buta Huruf (PBH) yang Bung Karno canangkan menjadi gerakan semesta di lebih dari 18 ribu tempat, melibatkan lebih dari 17 ribu guru dan sekitar 700 ribu murid. Sampai tahun 1960 Bung Karno menegaskan bahwa Indonesia harus terbebas dari buta huruf. Republik ini kemudian berkembang menjadi dari tak terdidik menjadi terdidik.

Hadirin yang berbahagia,

Pekerjaan rumah bukan berarti telah selesai. Bung Karno dan seluruh elemen masyarakat telah mengantar kita pada gerbang keberaksaraan. Tapi, kiprah tak akhir hingga di sini.

Pada tahun 2010 penduduk Indonesia usia 15-59 tahun yang melek abjad sekitar 95,21 persen. Angka ini kemudian naik pada tahun 2014 menjadi sebesar 96,3 persen. Angka tersebut memperlihatkan keberhasilan kita memenuhi sasaran Deklarasi Dakar perihal Pendidikan Untuk Semua (PUS) atau Education for All (EFA) bahwa Indonesia sanggup menurunkan separuh penduduk tuna abjad menjadi kurang dari 5 persen pada 2015. Tapi angka itu juga berarti masih ada sekitar 5,9 juta orang yang belum bisa mengeja dan menulis namanya sendiri.

Saat ini tercatat sebanyak 8 provinsi yang persentase tuna aksaranya masih di atas 5 persen. Angka-angka itu bukan sekadar formasi statistik buta huruf. Angka itu memberi pesan nyaring belum semua warga negeri ini bisa menuliskan “Indonesia” dalam secarik kertas.

Tantangan abjad bukan sekadar bisa membaca, tantangan keberaksaraan lebih besar dari itu. Jika kita lihat dalam konteks itu, maka bisa jadi angka “buta aksara” kita masih mengkhawatirkan.

Taufik Ismail, salah satu sastrawan kita, pada dikala mendapatkan Habibie Award tahun 2007 menyampaikan bahwa kita masih diselimuti oleh “Generasi Nol Buku”. Generasi yang tak membaca satu pun buku dalam satu tahun. “Generasi yang rabun membaca dan lumpuh menulis.”

Kekhawatiran Taufik Ismail itu bukan kekhawatiran kosong belaka, sastrawan besar kita Buya Hamka pernah mengatakan, “Setiap insan perlu membaca buku, alasannya yaitu pena seseorang tidak akan berisi jika sekiranya beliau kurang membaca”.

Pernyataan Taufik Ismail dan Buya Hamka menyerupai sebuah lonceng atas data Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2012 yang menyatakan bahwa kemampuan literasi (membaca dan menulis) siswa Indonesia jauh tertinggal. Indonesia jauh tertinggal.

Maka kiprah kita jelas, “Generasi Nol Buku” ini harus kita ubah!

Keberaksaraan bukan sekadar mengubah yang tak bisa membaca menjadi bisa membaca, tetapi juga mendorong yang bisa membaca untuk terus membaca. Menjadi generasi yang menjelajah lewat abjad yang ia baca. Pertanyaan besarnya yaitu bagaimana kita bersama akan mengubah keadaan “Generasi Nol Buku” ini?

Ibu dan Bapak yang saya hormati,

Gerakan Pemberantasan Buta Huruf (PBH) yang Bung Karno dan seluruh elemen masyarakat lakukan beberapa dekade silam sebenarnya bukan hanya sebuah perjuangan mengurangi angka buta aksara. Gerakan ini mengirimkan satu pesan tegas pada kita semua.

Secara konstitusional pendidikan yaitu tanggung jawab pemerintah, tapi secara moral pendidikan yaitu tanggung jawab setiap orang yang terdidik. Maka kita harus mengubah perspektif dalam mendorong kualitas keberaksaraan kita. Meningkatkan keberaksaraan yaitu gerakan bersama.

Pemerintah dalam hal ini Kemdikbud terus berikhtiar meningkatkan kualitas keberaksaraan kita. Kita juga mendorong percepatan acara keberaksaraan pada daerah-daerah yang mempunyai angka tuna abjad tinggi. Melalui “Afirmasi Pendidikan Keaksaraan Untuk Papua” (APIK PAPUA) kita melaksanakan percepatan peningkatan keberaksaan di kawasan Papua.

Ikhtiar untuk meningkatkan keberaksaraan juga kita lakukan melalui Permendikbud No. 23 tahun 2015 mengenai Penumbuhan Budi Pekerti (PBP). Salah satu poin utama dalam Permendikbud tersebut yaitu semua warga sekolah baik siswa, guru, tenaga pendidikan, dan kepala sekolah wajib membaca buku selain buku teks pelajaran selama 15 menit sebelum hari pembelajaran.

Tujuannya terang yakni menggiatkan budaya membaca dan menghapus “Generasi Nol Buku”. Tantangan keberaksaraan kita sekarang tentu berbeda dengan tantangan ketika kemerdekaan. Kita tak hidup dalam ruang vakum, maka persaingan dan tantangan kurun ini juga penting untuk kita jawab.

Salah satu kompetensi yang perlu kita dorong yaitu insan Indonesia yang mempunyai kompetensi global dengan pemahaman akar rumput. Kemampuan berbahasa dan keberaksaraan yaitu kendaraan bagi kita untuk menjawab kebutuhan insan Indonesia masa depan.

Maka salah satu kompetensi yang harus kita siapkan yaitu kemampuan berbahasa dan berkomunikasi untuk pergaulan di level global dan akar rumput. Minimal ada tiga bahasa yang harus kita kuasai yakni Bahasa Indonesia, bahasa internasional, dan bahasa daerah.

Saya sengaja memakai istilah bahasa internasional bukan sekadar Bahasa Inggris lantaran ini sangat tergantung dengan komunitas internasional mana yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing orang. Lewat bahasa internasional kita berkawan dengan komunitas global. Melalui bahasa kawasan yaitu kita memahami ragam kultur daerah, memahami akar rumput kita, dari mana kita berasal.

Menjawab tantangan keberaksaraan di kurun ini tentu tak bisa kita lakukan dalam satu dua malam. Perlu kerja ekstra keras dan konsisten dari setiap kita untuk mewujudkannya. Tugas kita bersama bukan menyesali keadaan yang ada, kiprah kita bersama menjadi bab dari solusi!

Ibu dan Bapak hadirin yang saya hormati, irin yang saya hormati,

Tentu menjadikan keberaksaraan sebagai gerakan bersama yaitu ikhtiar kita bersama. Yang perlu kita jawab bersama yaitu apa saja langkah-langkah nyata yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan keberaksaraan?

Setiap orang bisa ikut berkontribusi dengan langkah-langkah nyata berikut ini:

Pertama, setiap orangtua perlu mengenalkan abjad semenjak dini. Mengenalkan abjad bukan berarti pribadi kita mulai dengan mengajarkan membaca dan menulis.

Perkenalan pertama belum dewasa kita pada abjad yaitu dengan merangsang ketertarikannya pada bacaan. Orangtua bisa membacakan dongeng untuk anak-anaknya. Praktik baik yang bisa kita lakukan yaitu dengan memperlihatkan alokasi waktu khusus membacakan dongeng untuk anak.

Membacakan dongeng mungkin terkesan sederhana. Tapi dari sana belum dewasa kita akan berimajinasi. Ia akan tahu bahwa lewat abjad dirinya bisa mengenal dunia.

Kedua, sekolah perlu membuka diri menjadi distributor perubahan keberaksaraan. Bagaimana caranya? Caranya yaitu dengan berkolaborasi bersama warga sekitar untuk mengelola kegiatan membaca baik di perpustakaan atau akomodasi membaca yang sudah ada.

Perpustakaan sekolah perlu lebih terbuka dengan memperlihatkan jalan masuk pada warga sekitar untuk ikut membaca dan beraktivitas di sana. Warga sekitar juga bisa berperan aktif menghidupkan perpustakaan dengan ikut bertukar bacaan, mengadakan kegiatan literasi bersama siswa dan guru di sekolah dengan melibatkan pegiat sastra lokal.

Lewat keterbukaan dan kerja sama itu sekolah dan warga juga bisa ambil kiprah dengan menjadi balai pemberantasan buta aksara. Guru, kepala sekolah, warga, atau siswa berkolaborasi dengan pemangku kepentingan kawasan bisa bergantian mengajar membaca bagi warga yang belum bisa baca tulis.

Perpustakaan dan sekolah yang lebih terbuka dan erat yaitu langkah penting menumbuhkan kecintaan abjad di lingkungan kita. Perpustakaan boleh sederhana, tapi kegiatan di dalamnya menghasilkan manfaat bagi banyak warga!

Untuk guru, saya berpesan satu hal, jadilah inspirator membaca. Jika guru aktif membaca maka muridnya niscaya gemar membaca! Tugas kita yaitu menimbulkan dan menumbuhkan kecintaan membaca. Kebiasaan membaca tumbuh lantaran kecintaan bukan lantaran paksaan.

Ketiga, ambil peran aktif dalam kegiatan menulis. Membaca dan menulis yaitu padu padan roda peradaban. Lewat membaca, insan menjelajah dunia tanpa batas, dengan menulis penjelajahan tersebut akan kita lestarikan.

Maka semua warga sekolah perlu mengaktifkan kegiatan menulis. Aktifkan majalah dinding sekolah, buat resensi atas buku yang warga sekolah baca, dan latih kemampuan menulis baik dengan praktik pribadi atau melalui diskusi-diskusi sederhana di sekolah.

Upaya-upaya tersebut yaitu praktik-praktik sederhana yang bisa kita lakukan. Kita percaya bahwa masingmasing kita punya bermacam-macam praktik baik yang bisa menjadi inspirasi.

Saya minta bagikan dan ceritakan praktik baik keberaksaraan yang sudah ibu dan bapak lakukan. Biarkan praktik baik itu jadi wangsit untuk meningkatkan keberaksaraan di titik-titik penjuru negeri ini!
Ibu dan Bapak hadirin yang saya hormati,

Pada kesempatan yang berbahagia ini, izinkan Saya memberikan rasa prihatin kepada masyarakat Indonesia yang tengah mengalami tragedi alam tragedi asap akhir kebakaran hutan di beberapa wilayah dibumi kita tercinta ini. Sesuai pesan Bapak Presiden RI, Kepada para Kepala Daerah yang daerahnya terdampak tragedi asap, bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah harus aktif terjun pribadi ke lapangan memimpin pengendalian kebakaran dan mengatasi imbas kabut asap.

Bila kualitas udara sudah melebihi angka toleransi, Presiden RI menginstruksikan kepada Mendikbud semoga menghentikan kegiatan pendidikan dan menyesuaikan standar pendidikan yang terhenti tersebut.

Presiden menggarisbawahi bahwa kebakaran hutan ini yaitu problem kita bersama. Untuk itu, Presiden mendukung banyak sekali bentuk inisiatif gerakan dalam masyarakat untuk terlibat pribadi dalam memadamkan api maupun dalam mengatasi imbas kabut asap.

Ibu dan Bapak hadirin yang saya hormati,

Akhirnya sebagai epilog sambutan ini, Saya memberikan terima kasih dan apresiasi kepada Gubernur Jawa Barat dan Bupati Karawang serta seluruh masyarakat Jawa Barat yang telah bersedia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Hari Aksara Internasional Tingkat Nasional Tahun 2015.

Saya ucapkan selamat dan penghargaan kepada para Gubernur/Bupati/Walikota yang mendapatkan Anugerah Aksara tahun ini, atas janji yang tinggi dalam menurunkan angka tuna abjad di wilayahnya. Ucapan selamat juga kepada para pimpinan lembaga/organisasi penyelenggara acara PAUD dan Dikmas yang meraih juara lomba satuan PNF berprestasi, yang telah ikut mensukseskan gerakan nasional percepatan penuntasan tuna abjad dan gerakan berkolaborasi dengan masyarakat.

Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala upaya dan perjuangan kita dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan keinginan kemerdekaan kita.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Karawang, 24 Oktober 2015
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,

ANIES BASWEDAN

Download file sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam rangka Memperingati Hari Aksara Internasional (HAI) ke-50 pada Tanggal 24 Tahun 2015, silahkan unduh pribadi dari links sumber artikel ini dengan klik pada tautan berikut. Semoga bermanfaat dan terimakasih… Salam Edukasi…!